Selasa, 22 Juni 2010

Sela-Sela Jari Itu...

Fragmen 1

Sekitar pukul 11-12 malam
Selepas perjalanan panjang dari sebuah kota di dekat Selat Sunda

Impiannya dulu seperti halnya dongeng anak-anak tentan
g seorang pangeran tampan berkuda putih datang dengan membawakan sebuket bunga dan kotak kecil berisi berlian.
Namun tidak demikian hidup yang sebenarnya.

Hari itu, impiannya kandas. Tak sesuai dengan yang diimpikannya. Memang itulah hidup, ada jalan di luar kuasanya.. di luar semua angan dan perencanaannya.
Ada yang lebih berhak untuk menentukan, apakah semua akan sesuai keinginan, disegerakan, atau bahkan ditunda hingga waktu yang tak bisa kita duga.

Lelaki itu berjanji meminangnya di bulan itu. Namun nyatanya, Tuhan berkata lain... tak disegerakan, ditunda hingga waktu yang tak bisa ditentukan.

Di balik pintu, lelaki tinggi hitam itupun akan segera pergi, pulang untuk menyandarkan bebannya sejenak.
Janjinya tak ditepati, seharusnya hari itu pula smua diakhiri.

Sebelum usai dan semuanya berakhir, lelaki itu menggenggam jemariku..memasukkan jari-jarinya di sela-sela jemariku, melengkapi sebuah penciptaan yang hakiki atas jemari lain yang menyempurnakan sela-sela jemari lainnya. Ia pun berkata, "Aku mau seperti ini. Ingin selalu seperti ini, sampai tua..sampai mati.. Menghabiskan sisa hidup ini berdua. Dan kemudian mati dengan menggenggam tangan ini seperti ini".
Kedua pasang mata itu pun perlahan menitikkan air mata, sebuah bentuk kodrati manusia dalam mengekspresikan dukanya, atau suka citanya.. atau mungkin kegetirannya..

Dan kisah itu pun tak menjadi usai. Tak berakhir, berkat tangan-tangan-Nya yang masih memberi kesempatan. Bukan mengakhiri, hanya menundanya...


June 22th, 2010
10.10 a.m.
masih dalam sebuah penantian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar